- Home »
- Lee Myung Bak
Unknown
On Selasa, 12 November 2013

Coba bayangkan fakta yang dialami oleh Lee pada masa kecilnya ini.
Jika sarapan, ia hanya makan ampas gandum. Makan siangnya, karena tak punya
uang, ia mengganjal perutnya dengan minum air. Saat makan malam, ia kembali
harus memakan ampas gandum. Dan, untuk ampas itu pun, ia tak membelinya.
Keluarganya mendapatkan ampas itu dari hasil penyulingan minuman keras.
Ibaratnya, masa kecil Lee ia harus memakan sampah.
Terlahir di Osaka, Jepang, pada 1941, saat orangtuanya menjadi
buruh tani di Jepang, ia kemudian besar di sebuah kota kecil, Pohang, Korea.
Kemudian, saat remaja, Lee menjadi pengasong makanan murahan dan es krim untuk
membantu keluarga. “Tak terpikir bisa bawa makan siang untuk di sekolah,”sebut
Lee dalam otobiografinya yang berjudul “There is No Myth,” yang diterbitkan
kali pertama pada 1995.
Namun, meski sangat miskin, Lee punya tekad kuat untuk menempuh
pendidikan tinggi. Karena itu, ia belajar keras demi memperoleh beasiswa agar
bisa meneruskan sekolah SMA. Kemudian, pada akhir 1959, keluarganya pindah ke
ibukota, Seoul, untuk mencari penghidupan lebih baik. Namun, nasib orangtuanya
tetap terpuruk, menjadi penjual sayur di jalanan. Saat itu, Lee mulai lepas
dari orangtua, dan bekerja menjadi buruh bangunan. “Mimpi saya saat itu adalah
menjadi pegawai,” kisahnya dalam otobiografinya.
Lepas SMA, karena prestasinya bagus, Lee berhasil diterima di
perguruan tinggi terkenal, Korea University. Untuk biayanya, ia bekerja sebagai
tukang sapu jalan. Saat kuliah inilah, bisa dikatakan sebagai awal mula titik
balik kehidupannya. Ia mulai berkenalan dengan politik. Lee terpilih menjadi
anggota dewan mahasiswa, dan telibat dalam aksi demo antipemerintah. Karena
ulahnya ini ia kena hukuman penjara percobaan pada 1964.
Vonis hukuman ini nyaris membuatnya tak bisa diterima sebagai
pegawai Hyundai Group. Sebab, pihak Hyundai kuatir, pemerintah akan marah jika
Lee diterima di perusahaan itu. Namun, karena tekadnya, Lee lantas putar otak.
Ia kemudian membuat surat ke kantor kepresidenan. Isi surat bernada sangat
memelas, yang intinya berharap pemerintah jangan menghancurkan masa depannya.
Isi surat itu menyentuh hati sekretaris presiden, sehingga ia memerintahkan
Hyundai untuk menerima Lee sebagai pegawai.
Di perusahaan inilah, ia mampu menunjukkan bakatnya. Ia bahkan
kemudian mendapat julukan “buldozer”, karena dianggap selalu bisa membereskan
semua masalah, sesulit apapun. Salah satunya karyanya yang fenomonal adalah
mempreteli habis sebuah buldozer, untuk mempelajari cara kerja mesin itu. Di
kemudian hari, Hyundai memang berhasil memproduksi buldozer.
Kemampuan Lee mengundang kagum pendiri Hyundai, Chung Ju-yung.
Berkat rekomendasi pimpinannya itu, prestasi Lee terus melesat. Ia langsung
bisa menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, meski baru bekerja selama
10 tahun. Dan, di divisi inilah, pada periode 1970-1980 menjadi mesin uang
Hyundai karena Korea Selatan tengah mengalami booming ekonomi sehingga
pembangunan fisik sangat marak.
Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai masuk ke ranah politik
dengan masuk jadi anggota dewan pada tahun 1992. Kemudian, pada tahun 2002, ia
terpilih menjadi Wali Kota Seoul. Dan kini, tahun 2007, Lee yang masa kecilnya
sangat miskin itu, telah jadi orang nomor satu di Korea Selatan. Sebuah
pembuktian, bahwa dengan perjuangan dan keyakinan, setiap orang memang berhak
untuk sukses.
Keberhasilan
hidup Lee, mulai dari kemelaratan yang luar biasa hingga menjadi orang nomor
satu di Korea Selatan, adalah contoh nyata betapa tiap orang bisa merubah
nasibnya. Jika orang yang sangat miskin saja bisa sukses, bagaimana dengan
kita? Mulailah dengan keyakinan,
perjuangan, dan kerja keras, maka jalan sukses akan terbuka bagi siapapun. http://www.emotivasi.com/category/cerita-motivasi/